jurnal tugas bttb



KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI PERAIRAN WADUK LAHOR KABUPATEN MALANG
JAWA TIMUR
Aina maya shofi dan Muhammad Abid Abdillah
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang
Jalan gajayana 50, Malang 65144, Telp. (0341) 551354.
ABSTRAK
Waduk Lahor sebagai Proyek Karangkates Tahap II terletak ±32 km di sebelah selatan Kota Malang ke arah Kota Blitar, dibangun dengan tujuan sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi kebutuhan irigasi pertanian, kegiatan perikanan darat, dan untuk kegiatan pariwisata. Dengan adanya berbagai aktivitas tersebut akan memberikan dampak tersendiri bagi kualitas perairan waduk, terutama fitoplankton sebagai produsen primer perairan yang berperan mendukung kehidupan organisme air lainnya (ikan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  jenis-jenis  dan kelimpahan  mikroalga  di  waduk  lahor yang letaknya berada dikawasan perbatasan antara kota Malang dengan kota Belitar. Ruang lingkup penelitian meliputi  kondisi lingkungan mulai dari pH, suhu udara,suhu air intensitas cahaya,dan  kelembapan. Pengaliran Sungai (Desa Slorok dan Ngajum) yang berpengaruh terhadap kondisi kualitas fisika dan kimia perairan, sehingga berpengaruh pada kondisi fitoplankton, dan akhirnya akan berpengaruh pula pada upaya pengelolaan lingkungan Waduk.  Penelitian ini dilakukan pada musim kemarau. Hasil penelitian yang telah dilakukan hanya ada satu spesies mikroalga yang ditemukan yakni spesies Navicula sp.
Kata Kunci : Perairan waduk, fitoplankton.


Pendahuluan
            Perairan air tawar, salah satunya waduk menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem air  tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakan tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994).
            Untuk  memenuhi  ketersediaan  air  salah satu  metode  penyediaan  sumber daya  air  yang selama  ini  dikenal  adalah  bendungan  atau waduk  (Munir,  2003).  Waduk  adalah  perairan berhenti  atau menggenang  yang  terjadi  karena dibuat  oleh  manusia  dengan  cara  membendung sungai,  kemudian  airnya  disimpan.  Pembuatan waduk  pada  umumnya  bertujuan  untuk  sumber air  minum,  PLTA,  pengendali  banjir, pengembangan  perikanan  darat,  irigasi  dan pariwisata.  waduk  yang  demikian  disebut waduk serba guna (Ewusie, 1990).
            Waduk merupakan salah satu contoh perairan tawar buatan yang dibuat dengan cara membendung sungai tertentu dengan berbagai tujuan yaitu sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi kebutuhan irigasi pertanian, untuk kegiatan perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya karamba, dan bahkan untuk kegiatan pariwisata. Dengan demikian keberadaan waduk telah memberikan manfaat sendiri bagi masyarakat di sekitarnya (Apridayanti,2008)
            Waduk mempunyai karakteristik yang berbeda dengan badan air lainnya. Waduk menerima masukan air secara terus menerus dari sungai yang mengalirinya. Air sungai ini mengandung bahan organik dan anorganik yang dapat menyuburkan perairan waduk. Pada awal terjadinya inundasi (pengisian air), terjadi dekomposisi bahan organik berlebihan yang berasal dari perlakuan sebelum terjadi inundasi. Dengan demikian, jelas sekali bahwa semua perairan waduk akan mengalami eutrofikasi setelah 1–2 tahun inundasi karena sebagai hasil dekomposisi bahan organik. Eutrofikasi akan menyebabkan meningkatnya  produksi ikan sebagai kelanjutan dari tropik level organik dalam suatu ekosistem (Wiadnya,  et al ., 1993).
            Salah satu bendungan yang ada di jawa timur adalah Bendungan Lahor. Bendungan Lahor dibangun tahun 1972, dan mulai beroperasi sejak November 1977 merupakan bagian dari Proyek pengembangan wilayah sungai Brantas yang dilaksanakan secara terpadu oleh Badan Proyek Brantas, atau lengkapnya  Badan Pelaksana Induk Pengembangan Wilayah Sungai Brantas. Waduk Lahor ini dialiri oleh tiga buah sungai yaitu sungai Lahor, sungai Leso dan sungai Dewi. Waduk mempunyai luas 2,6 km 2 atau 260 Ha, terletak kurang lebih 1,5 km di sebelah utara proyek serbaguna Karangkates, dan kurang lebih 32 km di sebelah selatan kota Malang ke arah kota Blitar. Waduk ini menjadi salah satu inlet  (daerah aliran masuk) dari waduk Sutami yang merupakan waduk terbesar di Jawa Timur. Dengan adanya ketiga buah sungai yang mengaliri waduk Lahor, maka akan menjadi salah satu media bagi masuknya bahan organik dan anorganik yang  berasal dari berbagai aktivitas di sekitar waduk dan sungai-sungai tersebut.
            Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar. Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan mikroskopis yang disebut zooplankton (Herawati, 1989).
            Sumber daya  perairan  di  waduk  selain  ikan dan  tanaman  air  juga  terdapat  biota  lain  yaitu salah  satunya  adalah plankton.  Plankton  adalah mengapung  yang  pergerakannya tergantung arus (Odum, 1993). Plankton  merupakan  suatu  organisme  yang berukuran  kecil  yang  hidupnya  terombang-ambing oleh arus perairan. Organisme ini terdiri dari  mikroorganisme  yang  hidupnya  sebagai hewan  (zooplankton)  dan  tumbuhan (fitoplankton) (Sachlan, 1972)
            Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya. Fitoplankton menduduki tropik level pertama dalam rantai ma kanan, sehingga keberadaannya akan mendukung organisme tropik level selanjutnya. Sebagai produsen primer, fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Hasil fotosintesis dari produsen akan digunakan bagi dirinya sendiri dan oleh organisme lain (Apridayanti,2008).
            Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan (Apridayanti,2008)
            Mikroalga merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup sebagai tumbuhan (fitoplankton). Mikroalga ini merupakan salah satu dari jenis alga, yang mana telah diketahui bahwa alga ini telah dibagi menjadi dua jenis yakni Mikroalga dan Makroalga. Mikroalga ini berguna  sebagai sumber  makanan  bagi  organisme air  lainnya.
            Alga  renik  atau  mikroalga yang  merupakan  bagian  dari fitoplankton  yang  berguna  sebagai sumber  makanan  yang  penting  bagi  organisme-organisme  air  lainnya.  Mikroalga  dapat menghasilkan  oksigen  dari  hasil  fotosintesisnya  dan  oksigen  ini  dimanfaatkan  oleh  organisme perairan  lainnya  untuk  proses  respirasi  aerob. Mikroalga   mengandung  klorofil  serta pigmen-pigmen  lain  untuk melangsungkan  fotosintesis,  tersebar    luas  di alam,  dan  dijumpai  hampir  di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari. Sebagian besar alga berukuran mikroskopis dan banyak yang hidup di air tawar (Pelczar, 2008:238).
            Menurut Tjitrosomo  (1983:29-30) diperkirakan terdapat 30.000 spesies alga yang hidup di bumi,  kebanyakan  diantaranya  merupakan  spesies  yang  hidup  di perairan.  Spesies mikroalga yang hidup di air tawar mempunyai arah perkembangan yang lebih luas jika dibandingkan dengan alga yang hidup di air laut. Beberapa spesies  alga memperlihatkan keanekaragaman dalam warna yang berbeda-beda, yaitu dari warna hijau, hijau – kuning, dan hijau – biru, sampai kepada warna merah, kuning, jingga, dan cokelat.
            Hampir  semua  mikroalga  mengandung  klorofil  dengan  demikian  alga  bersifat  autotrof,  akan  tetapi  banyak  pula  yang  mempunyai  pigmen  tambahan  yang  dapat  menutupi  klorofil. Mikroalga diklasifikasikan terutama berdasarkan pigmen-pigmen yang dikandungnya, oleh  karena itu  mikroalga  dibagi  menjadi  empat  golongan,  diantara  nya  adalah  alga  hijau-biru,  hijau,  kuning keemasan, dan pirang ( Tjitrosomo, 1983:34).

            Sesuai dengan pernyataan diatas maka  tujuan  dari  penelitian  ini  adalah untuk  mengetahui  jenis-jenis  dan kelimpahan  mikroalga  di  waduk  lahor yang letaknya berada dikawasan perbatasan antara kota Malang dengan kota Belitar.
          Metode Penelitian
Penelitian mengenai Mikroalga ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 16 September 2014. Penelitian ini dilakukan di Waduk Lahor sebelah selatan kota Malang ke arah kota Blitar. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah PH meter, Luxs meter, Termometer, Plankton Net, Botol Aqua, Termohigrometer, Alat tulis, Camera. Dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Formalin 4 persen.
Pengambilan sampel dilakukan pada dua stasiun yaitu stasiaun 1 (dipinggir) dan stasiun 2(ditengah) dengan cara menagmbil sampel menggunakan botol 250 ml,sampel yang terambil disaring dengan planktonet, setelah sampel berada didalam, dibuka ujung bawah planktonet yang tertutup kertas sablon  untuk dibalik (dihadapkan kebawah) kertas sablon yang ada pada ujung bawah planktonnet disemprot dengan aquades secukupnya bersamaan setalah ujung atau tutup planktonnet sudah dalam keadaan terbalik, yang sudah dihadapkan pada corong yang telah disediakan (wadah hasil saringan), sampel yang telah disaring ditetesi dengan formalin sebanyak lima tetes. Diulangi langkah diatas untuk sampel lainnya.
Pengamatan MIkroalga dilakukan di Laboratoriun Ekologi jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Pembahasan
            Lokasi penelitian adalah waduk Lahor yang terletak di Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang, Jawa Ti mur. Waduk Lahor terletak di sungai Lahor (anak sungai Brantas), sehingga  aktivitas di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) ini yang diwakili oleh Desa Slorok dan Desa Ngajum Kecamatan Kromengan masuk dalam wilayah penelitian karena berbagai aktivitas di DPS ini kemungkinan akan memberikan dampak bagi kondisi lingkungan waduk Lahor.
            Kondisi di waduk Lahor siang hari. Sangat cerah, panas ,air diwaduk terliha hijau sedikit keruh,kebersihannya kurang, banyak dipenuhi pengunjung dan pemancing-pemancing. stasiun yang digunakan dalm pengambilan sampelpun tersinari oleh matahari yang cukup.
Gambar 1.1 Kondisi di Waduk Lahor
            Waduk Lahor sebagai Proyek Karangkates Tahap II terletak ±32 km di sebelah selatan Kota Malang ke arah Kota Blitar, dibangun dengan tujuan sebagai pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi kebutuhan irigasi pertanian, kegiatan perikanan darat, dan untuk kegiatan pariwisata. Keberadaan waduk telah memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan adanya berbagai aktivitas tersebut akan memberikan dampak tersendiri bagi kualitas perairan waduk, terutama fitoplankton sebagai produsen primer perairan yang berperan mendukung kehidupan organisme air lainnya (ikan) (Apridayanti,2008)
            Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan jenis mikroalga yakni spesies Navicula sp. Spesies ini masuk dalam Kelas Diatom (Bacillariophyceae) dan Diatom (Bacillariophyceae) ini masuk dalam Filum Pyrrophyta (Algae Api). Sebagian besar anggota dari Filum Pyrrophyta bersifat uniseluler dan memiliki pigmen klorofil a dan c, karotenoid, serta xantofil. Dinding selnya berupa lempengan selulosa berbentuk poligonal, mempunyai pigmen klorofil, karotenoid, dan xantofil.
            Hasil pengamatan yang telah dilakukan di Laboratorium mikroalga ini hanya didapatkan satu jenis mikroalga yakni Navicula sp. Mikroalga ini didapatkan di stasiun 2, sedangkan di stasiun 1 hanya didapatkan sampah yang berukuran mikro.
  
Gambar 1.2 Stasiun 1
                      Gambar 1.3 Stasiun 2         
            Navicula sp. Ini dalam penyebutan Pyrrophyta disebut Algae api karena Memiliki fosfor yang mampu memendarkan cahaya pada kondisi yang gelap sehingga laut tampak bercahaya pada malam hari. Berikit adalah gambar Navicula sp. Yang berhasil ditemukan:
Gambar 1.4 Navicula sp.
Navicula sp. Merupakan Alga yang dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik karena dinding sel tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut. Tubuh Navicula sp terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe.
Perkembangbiakan vegetatif Navicula dengan membelah diri. Setiap inti diatomae membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi dua bagian. Perkembangbiakan generatif Navicula berlangsung dengan konjugasi. Bila ukuran tubuh Navicula tidak memungkinkan untuk mengadakan pembelahan lagi, inti selnya akan mengalami meiosis dan menghasilkan gamet..Bila Navicula mati, dinding selnya akan mengendap membentuk tanah diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator, dan bahan gosok penghalus.
            Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran mengenai kualitas air di Waduk Lahor. Dan  parameter yang diukur adalah parameter fisika yang meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembapan. Selain itu, ada pula  parameter  kimia  yang  diukur  yaitu  meliputi  pH  air. Pada  Tabel berikut  ini  menunjukan  nilai  hasil  pengukuran yang telah dilakukan di Waduk Lahor.
Parameter
Stasiun
1
2
Suhu udara
31,7 °C
32,0°C
Intensitas Cahaya
004
005
Kelembapan
58,1
62,3
PH Meter
7
7
Suhu air
3.1
3,1
Tabel 1.1 Tabel Parameter
            Dari parameter diatas dapat diketahui bahwa secara umum suhu, intensitas cahaya dan kelembapan di Waduk Lahor sangat mempengaruhi terhadap proses metabolisme sel organisme air. Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan kecepatan proses metabolisme sel dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan dekomposisi bahan organik mikroba.
            Beguitu juga dengan PH meter, Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Selain itu toksisitas logam-logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
            Derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida serta ion–ion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan tanaman air akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.
            Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pH di perairan waduk Lahor adalah 7, sehingga  sesuai dengan keterangan di atas maka pH di perairan ini masih dapat mendukung bagi kehidupan organisme akuatik yang ada di dalamnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan Observasi  yangg telah dilakukan dilahor dapat diambil kesimpulan bahwa:
spesies yang ada di waduk lahor sangatlah minim ,Dalam penelitian hanya ditemukan satu spesies saja yaitu Navicula sp,akan tetapi  tidak menutup kemungkinan dapat  ditemukan yang lai.
SARAN
Penilitian selanjutnya  agar stasiun pengambilan sampel lebih banyak lagi,dan di cari lokasi yang jarang digunakan sebagai tempat umum , supaya mendukung ditemukannya spesies alga yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Apridayanti, Eka.2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor Kabupaten Malang Jawa Timur. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
 Ewusie,1990.  Pengantar  Ekologi  Tropika. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Effendi,H. 2003.  Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan .Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Heddy, S dan Kurniati, M. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Herawati, E.Y. 1989.  Pengantar Planktonologi (fitoplankton). NUFFIC/ UNIBRAW/ LUW/ FISH. Universitas Brawijaya. Malang
Munir,  M.  2003. Geologi  Lingkungan.  Bayu Media. Malang
Pelczar,  M.J.,  dan  Chan,  E.C.S.  2008. Dasar-dasar  Mikrobiologi.  Universitas  Indonesia  Press: Jakarta.
Sachlan, M. 1982.  Planktonology . Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Diponegoro. Semarang
Tjitrosomo, S.S. 1983. Botani Umum 3. Angkasa: bandung.
Wiadnya, D. G., Sutini L., dan Lelono T.F. 1993. Manajemen Sumberdaya Perairan Dengan Kasus Perikanan Tangkap di Jawa Timur. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang

Komentar

Postingan Populer